Gizi dan Makanan
Salah satu ciri makhluk hidup adalah membutuhkan makanan untuk mempertahankan hidupnya. Makanan yang kita makan tidak hanya lezat rasanya,tetapi harus memenuhi standar kecukupan gizi.
Istilah ilmu gizi dikenal di Indonesia pada tahun 1950-an, sebagai terjemahan dari bahasa inggris (nutrition). Kata gizi berasal dari kata ghizda, bahasa arab yang berarti makanan. Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun, dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan lainnya.
Pedoman Empat Sehat Lima Sempurna diperkenalkan pertama kali pada tahun 1950 oleh Prof.dr.Poerwo Soedarmo. Kini pedoman tersebut sudah tidak sesuai dan diganti dengan Pedoman Gizi Seimbang (PGS).Menurut prinsip gizi seimbang, kebutuhan jumlah gizi disesuaikan dengan golongan usia,jenis kelamin, kesehatan, serta aktifitas fisik. Selain itu variasi jenis makanan perlu diperhatikan.
Para ahli gizi membagi kelompok zat-zat gizi tersebut kedalam enam bagian besar yaitu karbohidrat,lemak,protein,vitamin,mineral dan air. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh, bergantung pada zat gizi apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan ganguan pada proses-proses pertumbuhan,produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak, serta perilaku.
Gizi lebih dapat menyebabkam kegemukan atau obesitas. Kelebihan energi yang dikonsumsi disimpan di dalam jaringan dalam bentuk lemak. Kegemukan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi atau tekanan darah tinggi, diabetes, jantung koroner, serta kerusakan hati dan kantong empedu.
Pada sumber piramida makanan dibagi menjadi tiga
- Sumber zat pembangun, yaitu kacang-kacangan,pangan hewani dan hasil olahannya.
- Sumber zat pengatur, yaitu sayur dan buah.
- Sumber zat tenaga, yaitu padi-padian, umbi-umbian, dan tepung-tepungan.